1. Tujuan Ujaran
1.1
Tindak Ujaran
Searle membagi tindak
ujaran kedalam lima kategori (Searle 1969:34; Mey 2002: 120)
yaitu :
a)
Representatif, yaitu pernyataan (assertions) tentang suatu keadaan di dunia. Dari segi pembicara
apa yang dinyatakan itu mengandung kebenaran.
b)
Direktif, yaitu pembicara melakukan
tindak ujaran dengan tujuan agar pendengar melakukan sesuatu.
c)
Komisif, yaitu hampir sama dengan tindak
ujaran direktif hanya saja arahnya berbeda. Pada ujaran komisif “perintah” itu
diarahkan kepada pembicara sendiri.
d)
Ekspresif, tindak ujaran ini dipakai
oleh pembicara bila dia ingin menyatakan keadaan psikologis dia mengenai
sesuatu.
e)
Deklarasi, menyatakan adanya suatu
keadaan baru yang muncul oleh karena ujaran itu sendiri.
1.2 Muatan Proposisi
Pada muatan proposisi (propositional content) pendengar meramu
satu proposisi dengan proposisi yang lain; makin lama makin meninggi sehingga
terbentuklah suatu pengertian yang menyeluruh dari proposisi-proposisi
tersebut.
Contohnya yaitu :
Ira menyanyi lagu populer Kopi Dangdut .
Maka terbentuklah
hierarki proposisi mengenai argumen Ira dan lagu
populer Kopi Dangdut dengan prediksi menyanyi.
Lagu itu sendiri adalah lagu populer. Ramuan antara dua argumen dan
prediksi ini membentuk pengertian yang menyeluruh seperti pada contoh.
1.3 Muatan Tematik
Muatan tematik merujuk pada pengertian
akan adanya dua macam informasi dalam kalimat yakni, informasi lama (old atau given information) dan informasi baru (new information).
2. Langkah Umum dalam Pelaksanaan
Ujaran
Dari
teori tindak ujaran dapat diketahui bahwa ujaran hanya bisa representatif,
direktif, komisif, ekspresif, atau deklarasi. Bila ujaran yang kita dengar
adalah representatif maka kita memang tidak diharapkan untuk bertindak apa-apa
kecuali jika kita menyimpan makna ujaran itu dalam memori kita.
Bila
ujaran yang di sengar adalah sebuah pernyataan, maka kita akan tahu apakah
pernyataan itu memerlukan jawaban, atau hanya jawaban yang berupa ya, atau tidak/bukan/belum. Bila tindak ujarannya berupa perintah, maka kita
melaksanakan (atau tidak mau melaksanakan) perintah itu. Begitu pula bila
tindak ujaran itu ekspresif, maka kita akan memberikan respon yang selayaknya.
3. Pelaksanaan Ujaran
3.1 Pelaksanaan Tindak Ujaran Representatif
Tindak ujaran representatif hanyalah
merupakan pernyataan mengenai sesuatu, maka kita harus menghimpun muatan
proposisi dan memahami mana yang merupakan informasi lama dan mana yang baru.
Dalam menghimpun proposisi ini kita cari mana argumennya dan mana predikasinya;
siapa yang menjadi pelaku dan siapa yang menjadi pasiennya; mana yang
memodifikasi, dst. Kemudian kita cari pula mana dari informasi yang didengar
itu yang lama dan mana yang baru.
3.2 Pelaksanaan Tindak Ujaran Direktif
Tindak ujaran direktif dapat dibagi
menjadi tiga kelompok kecil yaitu :
a) Pernyataan
dengan jawaban ya/tidak/bukan/belum
b) Pertanyaan
yang memerlukan jawaban mana/(si/meng)apa
c) Perintah
untuk melakukan sesuatu
3.3 Pelaksanaan Tindak Ujaran Komisif
Tindak ujaran komisif
tidak menanyakan atau memerintahkan sesuatu maka tidak ada perbuatan yang harus
dilakukan, seperti halnya tindak ujaran representatif, pelaksanaan tindak
ujaran komisif juga hanya berupa penyimpanan informasi pada memori kita. Verba
seperti berjanji, bersumpah,dan bertekad merupakan contoh dalam ujaran komisif.
3.4 Pelaksanaan Tindak Ujaran Ekspresif
Tindak
ujaran ekspresif menyatakan keadaan psikologis seseorang, maka pelaksanaannya
pun bukan berupa perbuatan, khususnya perbuatan fisik. Setelah kita memahami
muatan proposisional serta muatan tematik. Sebagai pendengar kita hanya diam,
menyimpan makna itu dalam memori. Kalau ada pelaksanaan, umumnya hanya berupa
respon yang verbal.
3.5 Pelaksanaan Tindak Ujaran Deklarasi
Dalam
ujaran deklarasi diperlukan adanya syarat kelayakan (felicity condition) agar kalimat yang diucapkan itu bermakna, maka
langkah tambahan dalam memahami dan kemudian melaksanakan ujaran ini adalah
untuk meyakinkan diri bahwa si pembicara itu mempunyai wewenang untuk
mengatakan apa yang dia katakan.
4. Pelaksanaan Ujaran Tak Langsung
Ujaran
tak langsung, artinya apa yang dinyatakan dengan apa yang dimaksud tidak sama.
Ujaran tak langsung lebih sukar dilaksanakan karena ada satu fase tambahan yang
dilalui, yakni fase untuk mentransfer dari makna literal ke makna yang
langsung. Berikut ini terdapat beberapa prinsipel agar manusia dapat memahami
ujaran :
4.1 Prinsip Kooperatif
Prinsipel
ini biasanya juga diikuti dalam berkomunikasi. Prinsipel ini dinamakan
Prinsipel Kooperatif yang dikemukakan oleh filosof H. Paul Grice pada
serentetan kuliahnya tahun 1967. Pada dasarnya prinsipel ini memberikan
landasan meengapa manusia dapat saling berkomunikasi. Landasan ini disebut
sebagai maksim. Grice memberikan empat macam maksim (Grice 1975; Thomas 1998:
176-179; Mey 2001: 71-79).
4.1.1 Maksim Kuantitas
Maksim
ini menyatakan bahwa sebagai pembicara informasi yang kita berikan haruslah
seinformatif mungkin, tetapi jangan lebih dan jangan kurang informatif daripada
yang diperlukan.
4.1.2 Maksim Kualitas
Maksim ini membimbing orang untuk
tidak mengatakan apa yang menurut dia tidak benar; kita juga hendaknya tidak
mengatakan sesuatu yang tidak ada bukti kebenarannya.
4.1.3 Maksim Hubungan
Maksim ini diharapkan untuk
memberikan informasi yang relevan terhadap tujuan percakapan.
4.1.4 Maksim Cara
(Manner)
Dalam berkomunikasi, orang juga
harus mengungkapkan pikirannya secara jelas. Dalam hal ini pembicara juga harus
menghindar dari kalimat-kalimat yang ambigu.
4.2 Pelaksanaan Ujaran
dan Prinsipel Kooperatif
Kaitan antara prinsipel kooperatif di satu
pihak dengan pelaksanaan ujaran di pihak lain yaitu bahwa dalam berbahasa orang
tidak selamanya menyatakan apa yang dimaksud secara rinci dan eksplisit. Teory
Grice mengenai prinsipel kooperatif ini sangat berpengaruh dan mendapat tanggapan
yang luas. Orang berbantah untuk membela atau mengkritik teori ini. Sanggahan
yang umum dilontarkan adalah bahwa teori ini sepertinya mengatur bagaimana
manusia harus berperilaku dalam kehidupan dunia (Thomas 1998: 176-179).
4.3 Langkah-langkah dalam Pelaksanaan
Ujaran Tak-langsung.
Ujaran
tak langsung memerlukan pemrosesan yang lebih rumit dan lebih lama sebelum
dapat dilaksanakan. Proses tersebut adalah sebagai berikut :
a)
Tentukan makna langsung terlebih dahulu
b)
Tentukan apakah makna langsung ini yang
dimaksud
c)
Bila bukan, tentukan mkna tak
langsungnyadengan memperhatikan prinsipel kooperatif dan aturan percakapan yang
lain.
d)
Ambil langkah untuk melaksankan tindak
ujaran ini sesuai dengan makna yang di tentukan pada c.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarnya di Butuhkan Gan