Senin, 12 Mei 2014

Tujuan Ujaran Dalam Psikolinguistik



1.     Tujuan Ujaran

1.1 Tindak Ujaran
                    Searle membagi tindak ujaran kedalam lima kategori (Searle 1969:34; Mey 2002: 120)
yaitu :
a)      Representatif,  yaitu pernyataan (assertions) tentang suatu keadaan di dunia. Dari segi pembicara apa yang dinyatakan itu mengandung kebenaran.
b)      Direktif, yaitu pembicara melakukan tindak ujaran dengan tujuan agar pendengar melakukan sesuatu.
c)      Komisif, yaitu hampir sama dengan tindak ujaran direktif hanya saja arahnya berbeda. Pada ujaran komisif “perintah” itu diarahkan kepada pembicara sendiri.
d)     Ekspresif, tindak ujaran ini dipakai oleh pembicara bila dia ingin menyatakan keadaan psikologis dia mengenai sesuatu.
e)      Deklarasi, menyatakan adanya suatu keadaan baru yang muncul oleh karena ujaran itu sendiri.

1.2  Muatan Proposisi
Pada muatan proposisi (propositional content) pendengar meramu satu proposisi dengan proposisi yang lain; makin lama makin meninggi sehingga terbentuklah suatu pengertian yang menyeluruh dari proposisi-proposisi tersebut.
Contohnya yaitu :
            Ira menyanyi lagu populer Kopi Dangdut .
Maka terbentuklah hierarki proposisi mengenai argumen Ira  dan lagu populer Kopi Dangdut dengan prediksi menyanyi. Lagu itu sendiri adalah lagu populer. Ramuan antara dua argumen dan prediksi ini membentuk pengertian yang menyeluruh seperti pada contoh.

1.3  Muatan Tematik
Muatan tematik merujuk pada pengertian akan adanya dua macam informasi dalam kalimat yakni, informasi lama (old atau given information) dan informasi baru (new information).

2.     Langkah Umum dalam Pelaksanaan Ujaran
Dari teori tindak ujaran dapat diketahui bahwa ujaran hanya bisa representatif, direktif, komisif, ekspresif, atau deklarasi. Bila ujaran yang kita dengar adalah representatif maka kita memang tidak diharapkan untuk bertindak apa-apa kecuali jika kita menyimpan makna ujaran itu dalam memori kita.
Bila ujaran yang di sengar adalah sebuah pernyataan, maka kita akan tahu apakah pernyataan itu memerlukan jawaban, atau hanya jawaban yang berupa ya, atau tidak/bukan/belum. Bila tindak ujarannya berupa perintah, maka kita melaksanakan (atau tidak mau melaksanakan) perintah itu. Begitu pula bila tindak ujaran itu ekspresif, maka kita akan memberikan respon yang selayaknya.

3.     Pelaksanaan Ujaran
       3.1 Pelaksanaan Tindak Ujaran Representatif
                  Tindak ujaran representatif hanyalah merupakan pernyataan mengenai sesuatu, maka kita harus menghimpun muatan proposisi dan memahami mana yang merupakan informasi lama dan mana yang baru. Dalam menghimpun proposisi ini kita cari mana argumennya dan mana predikasinya; siapa yang menjadi pelaku dan siapa yang menjadi pasiennya; mana yang memodifikasi, dst. Kemudian kita cari pula mana dari informasi yang didengar itu yang lama dan mana yang baru.
3.2  Pelaksanaan Tindak Ujaran Direktif
Tindak ujaran direktif dapat dibagi menjadi tiga kelompok kecil yaitu :
a)      Pernyataan dengan jawaban ya/tidak/bukan/belum
b)      Pertanyaan yang memerlukan jawaban mana/(si/meng)apa
c)      Perintah untuk melakukan sesuatu
3.3  Pelaksanaan Tindak Ujaran Komisif
Tindak ujaran komisif tidak menanyakan atau memerintahkan sesuatu maka tidak ada perbuatan yang harus dilakukan, seperti halnya tindak ujaran representatif, pelaksanaan tindak ujaran komisif juga hanya berupa penyimpanan informasi pada memori kita. Verba seperti berjanji, bersumpah,dan bertekad  merupakan contoh dalam ujaran komisif. 

3.4  Pelaksanaan Tindak Ujaran Ekspresif
Tindak ujaran ekspresif menyatakan keadaan psikologis seseorang, maka pelaksanaannya pun bukan berupa perbuatan, khususnya perbuatan fisik. Setelah kita memahami muatan proposisional serta muatan tematik. Sebagai pendengar kita hanya diam, menyimpan makna itu dalam memori. Kalau ada pelaksanaan, umumnya hanya berupa respon yang verbal.
3.5  Pelaksanaan Tindak Ujaran Deklarasi
Dalam ujaran deklarasi diperlukan adanya syarat kelayakan (felicity condition) agar kalimat yang diucapkan itu bermakna, maka langkah tambahan dalam memahami dan kemudian melaksanakan ujaran ini adalah untuk meyakinkan diri bahwa si pembicara itu mempunyai wewenang untuk mengatakan apa yang dia katakan.
4.     Pelaksanaan Ujaran Tak Langsung
Ujaran tak langsung, artinya apa yang dinyatakan dengan apa yang dimaksud tidak sama. Ujaran tak langsung lebih sukar dilaksanakan karena ada satu fase tambahan yang dilalui, yakni fase untuk mentransfer dari makna literal ke makna yang langsung. Berikut ini terdapat beberapa prinsipel agar manusia dapat memahami ujaran :
4.1 Prinsip Kooperatif
Prinsipel ini biasanya juga diikuti dalam berkomunikasi. Prinsipel ini dinamakan Prinsipel Kooperatif yang dikemukakan oleh filosof H. Paul Grice pada serentetan kuliahnya tahun 1967. Pada dasarnya prinsipel ini memberikan landasan meengapa manusia dapat saling berkomunikasi. Landasan ini disebut sebagai maksim. Grice memberikan empat macam maksim (Grice 1975; Thomas 1998: 176-179; Mey 2001: 71-79).
4.1.1 Maksim Kuantitas
Maksim ini menyatakan bahwa sebagai pembicara informasi yang kita berikan haruslah seinformatif mungkin, tetapi jangan lebih dan jangan kurang informatif daripada yang diperlukan.
4.1.2 Maksim Kualitas
            Maksim ini membimbing orang untuk tidak mengatakan apa yang menurut dia tidak benar; kita juga hendaknya tidak mengatakan sesuatu yang tidak ada bukti kebenarannya.
4.1.3 Maksim Hubungan
            Maksim ini diharapkan untuk memberikan informasi yang relevan terhadap tujuan percakapan.
4.1.4 Maksim Cara (Manner)
            Dalam berkomunikasi, orang juga harus mengungkapkan pikirannya secara jelas. Dalam hal ini pembicara juga harus menghindar dari kalimat-kalimat yang ambigu.
4.2 Pelaksanaan Ujaran dan Prinsipel Kooperatif
                        Kaitan antara prinsipel kooperatif di satu pihak dengan pelaksanaan ujaran di pihak lain yaitu bahwa dalam berbahasa orang tidak selamanya menyatakan apa yang dimaksud secara rinci dan eksplisit. Teory Grice mengenai prinsipel kooperatif ini sangat berpengaruh dan mendapat tanggapan yang luas. Orang berbantah untuk membela atau mengkritik teori ini. Sanggahan yang umum dilontarkan adalah bahwa teori ini sepertinya mengatur bagaimana manusia harus berperilaku dalam kehidupan dunia (Thomas 1998: 176-179).
                       4.3 Langkah-langkah dalam Pelaksanaan Ujaran Tak-langsung.
                        Ujaran tak langsung memerlukan pemrosesan yang lebih rumit dan lebih lama sebelum dapat dilaksanakan. Proses tersebut adalah sebagai berikut :
a)      Tentukan makna langsung terlebih dahulu
b)      Tentukan apakah makna langsung ini yang dimaksud
c)      Bila bukan, tentukan mkna tak langsungnyadengan memperhatikan prinsipel kooperatif dan aturan percakapan yang lain.
d)     Ambil langkah untuk melaksankan tindak ujaran ini sesuai dengan makna yang di tentukan pada c.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentarnya di Butuhkan Gan