Jumat, 02 Mei 2014

Jenis Makna dalam Semantik



Tugas 4 : Pertanyaan Diskusi Tanggal 30 April 2014, Rabu.
1.      Apakah ada perbedaan makna referensial dan makna nonreferensial?
2.      Mengapa makna afektif lebih terasa secara lisan daripada tulisan?
3.      Dimanakah letak perbedaan makna dalam stilistika?

4.      Jelaskan perbedaan yang mendasar dari idiom penuh dan idiom sebagian !
5.      Jelaskan tentang idiom gramatikal dan peribahasa !
6.      Jelaskan perbedaan makna istilah dan makna kata !
7.      Jelaskan maksud yang sama antara idiom, ungkapan dan metafora !
8.      Jelaskan tentang makna leksikal dan makna denotatif !
9.      Jelaskan makna konotatif dapat berubah dari waktu ke waktu !
10.  Jelaskan tentang makna kolokatif !
Jawaban
1.      Perbedaan makna referensial dan makna referensial yaitu:
Pada dasarnya kata referensial memiliki bentuk dasar referen, yaitu sesuatu diluar bahasa yang diacu oleh kata itu (Chaer, 2009:64). Referen dalam Kridalaksana (2008:208) adalah unsur luar bahasa yang ditunjuk oleh unsur bahasa.
Makna referensial merupakan makna unsur bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa (obyek atau gagasan), dan yang dapat dijelaskan oleh analisis komponen. (Kridalaksana, 2008:149)
Sebuah makna dikatakan nonreferensial apabila kata-kata tersebut tidak mempunyai referen.
                                                      
2.      Makna afektif lebih terasa secara lisan karena makna afektif merupakan makna yang muncul akibat reaksi pendengar atau pembaca terhadap penggunaan kata atau kalimat. Karena makna afektif berhubungan dengan reaksi pendengar atau pembaca dalam dimensi rasa, maka dengan sendirinya makna afektif berhubungan pula dengan gaya bahasa. Makna afektif disebut juga makna emotif. Makna afektif berhubungan dengan perasaan pribadi penyapa baik terhadap pesapa maupun obyek pembicaraan. Dalam makna afektif terlihat adanya reaksi yang berhubungan dengan perasaan pendengar atau pembaca setelah mendengar atau membaca sesuatu.Perasaan yang muncul dapat positif ataunegatif. Kata jujur, rendah hati, dan bijaksana menimbulkan makna afektif yang positif,sedangkan korupsi dan kolusi menimbulkan makna afektif yang negatif. Jadi, makna afektif lebih terasa secara lisan disebabkan karena makna ini berhubungan langsung dengan reaksi pendengar atau pembaca dalam dimensi rasa.
Contoh makna afektif misalnya:
Ø  Seseorang yang sedang membaca sebuah berita di koran tentang pembunuhan mutilasi seorang mahasiswa, contoh kalimatnya “ Rani seorang mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Jakarta menjadi korban kekejaman para preman jalanan.Setelah tubuh Rani dimutilasi mayatnya dibuang ke sungai dan harta bendanya dirampas.” Setelah pembaca itu membacanya ada rasa kasihan, dalam benak pembaca akan timbul pertanyaan- pertanyaan yang berkaitan dengan rasa kasihannya terhadapkorban dan rasa benci atas kekejaman pelaku mutilasi itu.
Ø  Misalnya, makna kata anjing dalam kalimat berikut memiliki nilai emosi yang berbeda. 
Anjing itu bulunya hitam.(1)
 Anjing kamu, mampuslah!. (2)
Kata anjing pada kalimat (1) menunjukkan sejenis hewan, tetapi pada kalimat (2) menunjukkan orang yang dianggap rendah, Dengan kata lain, kata anjing memiliki makna yang berkaitan dengan nilai rasa yaitu kata anjing berhubungan dengan penghinaan dan disamakan martabatnya dengan anjing. Sebaliknya kalau ada orang berkata, “Rini gadis yang rajin dan pandai menari”.  Pendengar akan mereaksi baik dengan mengatakan“Hebat sekali anak itu”.  Kata rajin dan pandai mempunyai makna afektif yang berhubungan dengan kata sifat yang positif.Makna afektif terkadang bisa menimbulkan suatu rasa dalam benak para pendengar atau pembaca. Karena makna afektif berhubungan dengan nilai rasa atauemosi pemakai bahasa, maka ada sejumlah kata yang secara konseptual bermakna.

3.       Sebelum mengetahui hal yang membedakna dalam stilistika, ada baiknya terlebih dahulu diketahui apa makna dari stilistika. Stilistika dalam Kridalaksana (2008:227) adalah ilmu yang menyelidiki bahasa yang dipergunakan dalam karya sastra; ilmu interdisipliner antara linguistik dan kesusastraan. Contohnya kata rumah, pondok, istana, keraton, kediaman, tempat tinggal, dan residensi. Kata tersebut termasuk dalam makna konotatif, yaitu aspek makna sebuah atau sekelompok kata yang didasarkan atas perasaan atau fikiran yang timbul atau ditimbulkan oleh pembicara. Dalam ilmu stilistika suatu makna akan dibedakan berdasarkan ruang lingkup atau konteks penggunaan suatu kata tersebut.

4.      Perbedaan mendasar pada idiom penuh dan idiom sebagian adalah unsur-unsur pembangun dalam suatu kata tersebut. Dapat dilihat perbedaannya dari segi pengertian idiom penuh dan idiom sebagian itu sendiri. Idiom penuh merupakan idiom yang unsur-unsurnya secara keseluruhan sudah merupakan satu kesatuan dengan satu makna kata. Sedangkan idiom sebagian masih ada unsur yang memiliki makna leksikalnya sendiri. Contohnya, daftar hitam yang berarti daftar yang berisi nama-nama orang yang dicurigai atau dianggap bersalah.


5.      Idiom gramatikal merupakan idiom yang menunjukkan kaidah gramatikal didalamnya. Artinya, setiap satuan-satuan bahasa baik berupa kata, frasa, maupun kalimat yang maknanya tidak dapat “diramalkan” dari makna leksikal unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan-satuan tersebut.

6.      Perbedaan makna istilah dan makna kata yaitu :
Ø  Makna istilah adalah istilah mempunyai makna yang pasti, yang jelas, yang tidak meragukan, meskipun tanpa konteks kalimat. Oleh karena itu sering dikatakan bahwa istilah itu bebas konteks, sedangkan kata tidak bebas konteks. Hanya perlu diingat bahwa sebuah istilah hanya digunakan pada bidang keilmuan atau kegiatan tertentu.

Contoh:
-    Kata tahanan di atas masih bersifat umum, istilah di bidang hukum, kata tahanan itu sudah pasti orang yang ditahan sehubungan suatu perkara.

Ø  Makna kata adalah setiap kata atau leksem memiliki makna. Pada awalnya, makna memiliki sebuah kata adalah makna leksikal, makna denotatif, atau makna konseptual. Namun, dalam penggunaannya makna kata itu baru menjadi jelas kalau kata itu sudah berada di dalam konteks kalimatnya atau konteks situasinya. Makna kata masih bersifat umum, kasar, dan tidak jelas.

Contoh:
-    Kata tahanan, bermakna orang yang ditahan, tapi bisa juga hasil perbuatan menahan.
-    Kata air, bermakna air yang berada di sumur, di gelas, di bak mandi atau air hujan.
7.      Pada dasarnya istilah idiom, ungkapan, dan metafora itu mencakup objek pembicaraan yang hampir sama. Idiom jika dilihat dari segi makna yaitu “menyimpangnya” makna idiom ini dari makna leksikal dan makna gramatikal unsur-unsur pembentuknya. Ungkapan dilihat dari ekspresi kebahasaan , yaitu dalam usaha penutur untuk menyampaikan fikiran, perasaan dan emosinya dalam bentuk-bentuk satuan bahasa tertentu yang dianggap paling tepat dan paling kena. Sedangkan metafora  dilihat dari segi digunakannya sesuatu untuk memperbandingkan yang lain dari yang lain, umpamanya matahari diperbandingkan sebagai raja siang, bulan diperbandingkan sebagai dewi malam. Akan tetapi jika dilihat dari segi ekspresi, maka ketiganya tergolong contoh ungkapan; dan jika dilihat dari segi  adanya perbandingan maka ketiganya juga termasuk metafora.

8.      Makna leksikal merupakan makna unsur-unsur bahasa sebagai lambang benda, peristiwa, dll; makna leksikal ini dipunyai unsur-unsur bahasa lepas dari penggunaannya atau konteksnya. Kridalaksana (2008: 149).  Sedangkan makna denotatif atau denotasi adalah makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas penunjukan yang lugas pada sesuatu diluar bahasa atau yang didasarkan atas konvensi tertentu; sifatnya obyektif (Kridalaksana, 2008: 46).

9.      Makna konotasi atau makna konotatif dapat berubah dari waktu ke waktu karena berfungsi untuk memperhalus kata yang digunakan. Seiring perkembangan zaman setiap kata pasti mengalami perkembangan. Misalnya kata bisu diganti dengan kata tuna wicara. Kata pelayan (toko) diganti dengan kata pramuniaga.  

10.  Makna kolokatif merupakan makna yang mengandung asosiasi-asosiasi yang diperoleh suatu kata, yang disebabkan oleh makna kata-kata lain yang cenderung muncul di dalam lingkungannya. Dengan kata lain, makna kolokatif juga merupakan makna yang berkenaan dengan makna dalam kaitannya dengan makna kata lain yang mempunyai “tempat” yang sama dalam sebuah frase (ko=sama, bersama; lokasi=tempat). Misalnya kita dapat mengatakan gadis itu cantik; bunga itu indah; dan pemuda itu tampan. Tetapi kita tidak dapat mengatakan gadis itu tampan; bunga itu molek; dan pemuda itu cantik. Kita lihat walaupun indah, cantik tampan dan molek mempunyai “makna” yang sama, tetapi masing-masing terikat dengan kata-kata tertentu dalam suatu frase. Demikian juga dengan kata laju, deras, kencang, cepat, dan lancar, yang mempunyai makna yang sama tetapi pasti mempunyai kolokasi yang berbeda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentarnya di Butuhkan Gan