Senin, 12 Mei 2014

Sejarah Perkembangan Drama Indonesia



BAB 1 PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang


Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak dan konflik sebagai sumber pokok dari drama. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) drama memiliki beberapa pengertian. Pertama, drama diartikan sebagai komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang dipentaskan. Kedua, cerita atau kisah terutama yang melibatkan konflik atau emosi, yang khusus disusun untuk pertunjukan teater. Ketiga, kejadian yang menyedihkan.

Berangkat dari teori Akhmad Saliman (1996 : 23) tentang unsur-unsur intrinsik dalam drama, ia mengatakan bahwa unsur-unsur intrinsik itu ada 7 yakni: alur, amanat, bahasa, dialog, latar, petunjuk teknis, tema dan tokoh.  Unsur-unsur intrinsik drama adalah unsur-unsur pembangunan struktur yang ada di dalam drama itu sendiri. Unsur-unsur intrinsik itulah yang sangat banyak terdapat dalam naskah drama sebelum dan sesudah kemerdekaan Indonesia. Saat ini diperkirakan terdapat lebih dari 480 judul karya sastra drama Indonesia baik berupa drama pendek (satu babak) maupun drama panjang (tiga hingga lima babak). Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan sastra drama Indonesia cukup semarak. Bertolak dari hasil kerja Boen S. Oemarjati, Jakob Sumardjo membuat periodisasi perkembangan sastra lakon Indonesia sebagai berikut :

1.      Sastra Drama Melayu Rendah (1891-1940);
2.      Sastra Drama Pujangga Baru (1926-1939);
3.      Sastra Drama Zaman Jepang (1941-1945);
4.      Sastra Drama Setelah Kemerdekaan (1945-1970);
5.      Sastra Drama Mutakhir (1970-sekarang).



1.2 Rumusan Masalah

                Adapun rumusan masalah yang dapat diperoleh dalam mengangkat tema ini adalah sebagai berikut :
1.      Bagaimanakah perkembangan drama Indonesia sebelum kemerdekaan?
2.      Bagaimanakah perkembangan drama Indonesia sesudah kemerdekaan?
3.      Apa sajakah naskah drama sebelum kemerdekaan?
4.      Apa sajakah naskah drama sesudah kemerdekaan?

1.3 Tujuan Makalah

                Adapun tujuan yang ingin dicapai untuk memecahkan rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui perkembangan drama Indonesia sebelum kemerdekaan.
2.      Untuk mengetahui perkembangan drama Indonesia sesudah kemerdekaan.
3.      Untuk mengetahui ragam naskah drama sebelum kemerdekaan.
4.      Untuk mengetahui ragam naskah drama sesudah kemerdekaan.

BAB 2  PEMBAHASAN


2.1  Drama Indonesia Sebelum Kemerdekaan


                 Sejarah perkembangan drama di Indonesia dipilah menjadi sejarah perkembangan penulisan drama dan sejarah perkembangan teater di Indonesia. Sejarah perkembangan penulisan drama sebelum kemerdekaan meliputi:
1.      Periode Drama Melayu Rendah;
2.      Periode Drama Pujangga Baru;
3.      Periode Drama Zaman Jepang.

2.1.1 Periode Drama Melayu Rendah
Sastra drama muncul karena adanya perkumpulan drama modern di Indonesia. Drama modern atau teater Barat muncul di Indonesia sekitar pertengahan abad ke-19 di kalangan masyarakat Belanda dan peranakannya. Segera bentuk kesenian ini lalu berkembang di kalangan masyarakat Tionghoa. Akhirnya drama modern masuk di lingkungan masyarakat Indonesia sendiri. Berdasarkan data yang dikemukakan oleh Jakob Sumardjo menunjukkan bahwa tahun 1893 hingga 1925 terdapat naskah drama sebagai berikut :
1)      1893    : H. Kraft : Boekoe Komidi Terpake bagi Komidi Stanboel
2)      1898    : ______ (anonim) : Kapitein Item
3)      1901    : F. Wiggers : Lelakon Raden Beij Soerio Retno
4)      1912    : ______ (anonim) : Tjerita Harta jang Berbahaja
5)      1913    : Lauw Giok Lan : Karina Adinda, Lelakon Komedie Hindia-Timoer    dalam 3 Bagian
6)      1917    : 1.  _____ (anonim) : Tjerita Satoe Iboe Tiri Jang Pinter Adjar Anak
  2.  _____ (anonim) : Tjerita Boedinja Pendidikan jang Kliroe
1)      1919    : 1. Kwe Tek Hoaj : Allah jang Palsoe (saduran cerpen The False God P. Oppeinheim)
2)      1920    : Kam Pek San            : Rol Pertjintaan contra Hauw
3)      1922    : Lau Giok Lan : Pendidikan jang Kliroe
4)      1923    : Tio le Soej : Yan Tio, Tjerita di Java Boeat pertoenjoekan tooneel
5)      1924    : Oen Tjhing Tiauw : Siapa jang Berdosa
6)      1925    : Louw Eng Hoeij : Hoedjin Ho Ay Nio

Naskah drama tertua di Indonesia adalah karya F. Wiggers yang berjudul “Lelakon Raden Beij Soerio Retno” yang diterbitkan pada tahun 1901. Sedangkan rombongan drama tertua di Indonesia adalah Komedi Stamboel, muncul pada tahun 1891. Sejak itu hingga tahun 1983 telah muncul dan berkembang lebih dari 30 grup teater modern dan ditulis lebih dari 400 naskah.

2.1.2 Sastra Drama Poedjangga Baroe
Menurut jakob Sumardjo, dari tahun 1926 hingga 1939 tercatat adanya naskah-naskah drama sebagai berikut:
Ø  1926    :  Roestam Effendi : Bebasari
Ø  1927    :  Kwee Tek Hoay : Plesiran Hari Minggoe
Ø  1928    :  Kwee Tek Hoay : Korbannja Yi Yong Toan
Ø  1929    :  The Tjoen Lok :  Tjinta jang Toelen
Ø  1930    :  Oen Tjhing Taiuw :  Goena Soedaranja
Ø  1931    :  Ong Ping Lok :  Bapak Karbo Anak Sapi
Ø  1932    :  Sanoesi Pane : Kertadjaja
Ø  1933    :  Sanoesi Pane : Sandhyakala ning Madjapahit
Ø  1934    :  Muhammad Yamin : Ken Arok dan Ken Dedes
Ø  1935    :  Ong Khing Han : Achirnja Menjerah
Ø  1936    :  Kwee Tek Hoay : Bidji Lada
Ø  1937    :  Kwee Tek Hoay : Barang Perhiasan jang Paling Berharga
Ø  1938    :  Ong Ping Lok : Istrikoe
Ø  1939    :  Arjmin Pane : Setahun di Bedahulu; Loekisan Masa

 Konteks sejarah perkembangan teater modern Indonesia, pada drama Pujangga Baru kurang berarti, karena drama tersebut yang menarik hanya dari karya-karya mereka dapat digali akar-akar kepribadian bangsa sendiri.

2.1.3 Sastra Drama Zaman Jepang
Sejak tahun 1940-1945 paling sedikit terdapat 48 naskah drama. Kehidupan drama pada masa ini sangat sulit, karena perkembangan sastra drama masa ini didorong oleh Pemerintah Jepang yang menyebabkan penggunaan naskah tertulis dalam setiap pementasan drama. Banyak drama yang bersifat propaganda, sedangkan penulis yang penting pada masa itu adalah El Hakim, Umar Ismail, Arjmin Pane, Idrus, dan Amal Hamzah.
Kehidupan sandiwara atau teater modern pada zaman Jepang (1942-1945), ternyata lebih semarak. Pada masa ini berkembang rombongan sandiwara keliling komersial seperti “Bintang Surabaja” (Malang), “Dewi Mada” (Jakarta, eks “Bolero”), “Miss Riboet” (Solo), “Miss Tjitjih” yang kemudian diganti dengan nama “Tjahaja Asia” dan sebagainya. Rombongan-rombongan ini mementaskan cerita dalam bahasa Indonesia, Jawa, maupun Sunda.

2.2 Drama Indonesia Sesudah Kemerdekaan
             Drama Indonesia sesudah kemerdekaan dalam dasawarsa 1940-an, jumlah penerbitan karya sastra manurun terus, perwatakan, struktur dramatik, dan bahasanya yang tergarap baik menyebabkan masih dapat diterima oleh publik sekarang. Selama dasawarsa 1950-an, antara tahun 1946-1959 muncul paling sedikit 85 judul naskah drama. Banyaknya jumlah grup amatir mendorong besarnya jumlah naskah drama yang ditulis.
            Tahun 1960-1969 tercatat sedikitnya 83 judul drama. Selama masa ini banyak timbul drama-drama keagamaan akibat Lekia banyak menyerang kaum agama. Akhir dasawarsa 1960-an ini lah Rendra mementaskan drama minikata yang menghebohkan. Selama tahun 1970-1979 tercatat sedikitnya 67 judul drama. Sejumlah besar memiliki corak lain dari naskah drama sebelumnya. Ini merupakan hasil nyata sayembara penulisan naskah drama yang diselenggarakan oleh DKI.
            Kelahiran sastra drama 1970-an ini berasal dari pengaruh tokoh-tokoh besar drama dasawarsa 1960-an seperti: Rendra, Arifin, dan Asrul Sani. Sebagian besar sastra drama masa ini pun ditulis oleh sutradara atau yang mempunyai keterlibaran dengan teater. Tokoh yang paling menonjol pada masa ini adalah Putu Wijaya, karya-karya dramanya yang mutakhir banyak diikuti gayanya oleh penulis lainnya. Alur drama tersebut pada umumnya termasuk konvensional. Para pelaku utamanya memiliki posisi sentral bagi masyarakat disekitarnya.
    

BAB 3 SIMPULAN


3.1 Simpulan

1)      Sejarah perkembangan penulisan drama sebelum kemerdekaan meliputi:
Ø  Periode Drama Melayu Rendah
Ø  Periode Drama Pujangga Baru
Ø  Periode Drama Zaman Jepang

2)      Perkembangan naskah drama setelah kemerdekaan adalah sebagai berikut :
Ø  Selama dasawarsa 1950-an, antara tahun 1946-1959 muncul paling sedikit 85 judul naskah drama.
Ø  Tahun 1960-1969 tercatat sedikitnya 83 judul drama.
Ø  Selama tahun 1970-1979 tercatat sedikitnya 67 judul drama.
Ø  Tokoh-tokoh besar drama dasawarsa 1960-an seperti: Rendra, Arifin, dan Asrul Sani.

3.2 Saran

                Sebagai mahasiswa di perguruan tinggi, terutama sebagai mahasiswa jurusan Bahasa Indonesia, kita hendaknya lebih banyak mengetahui perkembangan sastra yang sekarang telah banyak berkembang pesat dimana-mana, terutama di Indonesia. Perlu kita ketahui bahwa begitu banyak karya-karya anak bangsa terutama sebelum dan sesudah kemerdekaan. Hal itu hendaknya tidak boleh menghilang begitu saja. Sebagai penerus bangsa, kita harus bisa mengembangkan karya-karya tersebut.




DAFTAR PUSTAKA
Brahim, 1969. Drama dalam Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung.
Hariyanto, dkk. 1999. Cerita Rekaan dan Drama. Universitas Terbuka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentarnya di Butuhkan Gan