BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Drama
adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak dan konflik sebagai sumber pokok dari
drama. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) drama memiliki beberapa
pengertian. Pertama, drama diartikan sebagai komposisi syair atau prosa yang
diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku
(akting) atau dialog yang dipentaskan. Kedua, cerita atau kisah terutama yang
melibatkan konflik atau emosi, yang khusus disusun untuk pertunjukan teater.
Ketiga, kejadian yang menyedihkan.
Berangkat
dari teori Akhmad Saliman (1996 : 23) tentang unsur-unsur intrinsik dalam
drama, ia mengatakan bahwa unsur-unsur intrinsik itu ada 7 yakni: alur, amanat,
bahasa, dialog, latar, petunjuk teknis, tema dan tokoh. Unsur-unsur intrinsik drama adalah unsur-unsur
pembangunan struktur yang ada di dalam drama itu sendiri. Unsur-unsur intrinsik
itulah yang sangat banyak terdapat dalam naskah drama sebelum dan sesudah
kemerdekaan Indonesia. Saat ini diperkirakan terdapat lebih dari 480 judul
karya sastra drama Indonesia baik berupa drama pendek (satu babak) maupun drama
panjang (tiga hingga lima babak). Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan sastra
drama Indonesia cukup semarak. Bertolak dari hasil kerja Boen S. Oemarjati,
Jakob Sumardjo membuat periodisasi perkembangan sastra lakon Indonesia sebagai
berikut :
1. Sastra Drama Melayu Rendah
(1891-1940);
2. Sastra Drama Pujangga Baru
(1926-1939);
3. Sastra Drama Zaman Jepang
(1941-1945);
4. Sastra Drama Setelah Kemerdekaan
(1945-1970);
5. Sastra Drama Mutakhir
(1970-sekarang).
1.2 Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah yang dapat diperoleh dalam mengangkat tema ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimanakah
perkembangan drama Indonesia sebelum kemerdekaan?
2. Bagaimanakah
perkembangan drama Indonesia sesudah kemerdekaan?
3. Apa
sajakah naskah drama sebelum kemerdekaan?
4. Apa
sajakah naskah drama sesudah kemerdekaan?
1.3 Tujuan Makalah
Adapun
tujuan yang ingin dicapai untuk memecahkan rumusan masalah tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Untuk
mengetahui perkembangan drama Indonesia sebelum kemerdekaan.
2. Untuk
mengetahui perkembangan drama Indonesia sesudah kemerdekaan.
3. Untuk
mengetahui ragam naskah drama sebelum kemerdekaan.
4. Untuk
mengetahui ragam naskah drama sesudah kemerdekaan.
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Drama Indonesia Sebelum Kemerdekaan
Sejarah perkembangan drama di Indonesia dipilah
menjadi sejarah perkembangan penulisan drama dan sejarah perkembangan teater di
Indonesia. Sejarah perkembangan penulisan drama sebelum kemerdekaan meliputi:
1.
Periode Drama Melayu Rendah;
2.
Periode Drama Pujangga Baru;
3.
Periode Drama Zaman Jepang.
2.1.1 Periode Drama Melayu Rendah
Sastra
drama muncul karena adanya perkumpulan drama modern di Indonesia. Drama modern
atau teater Barat muncul di Indonesia sekitar pertengahan abad ke-19 di kalangan
masyarakat Belanda dan peranakannya. Segera bentuk kesenian ini lalu berkembang
di kalangan masyarakat Tionghoa. Akhirnya drama modern masuk di lingkungan
masyarakat Indonesia sendiri. Berdasarkan data yang dikemukakan oleh Jakob
Sumardjo menunjukkan bahwa tahun 1893 hingga 1925 terdapat naskah drama sebagai
berikut :
1)
1893 : H. Kraft : Boekoe Komidi
Terpake bagi Komidi Stanboel
2) 1898 : ______ (anonim) : Kapitein Item
3)
1901 : F. Wiggers : Lelakon
Raden Beij Soerio Retno
4)
1912 : ______ (anonim) : Tjerita
Harta jang Berbahaja
5)
1913 : Lauw Giok Lan : Karina
Adinda, Lelakon Komedie Hindia-Timoer dalam 3 Bagian
6)
1917 : 1. _____ (anonim) : Tjerita Satoe Iboe Tiri Jang Pinter Adjar
Anak
2. _____ (anonim) : Tjerita Boedinja Pendidikan jang Kliroe
1)
1919 : 1. Kwe Tek Hoaj : Allah
jang Palsoe (saduran cerpen The False God P. Oppeinheim)
2)
1920 : Kam Pek San : Rol Pertjintaan contra Hauw
3)
1922 : Lau Giok Lan : Pendidikan
jang Kliroe
4) 1923 : Tio le Soej : Yan Tio, Tjerita di Java Boeat pertoenjoekan tooneel
5)
1924 : Oen Tjhing Tiauw : Siapa
jang Berdosa
6)
1925 : Louw Eng Hoeij : Hoedjin
Ho Ay Nio
Naskah
drama tertua di Indonesia adalah karya F. Wiggers yang berjudul “Lelakon Raden Beij Soerio Retno” yang
diterbitkan pada tahun 1901. Sedangkan rombongan drama tertua di Indonesia
adalah Komedi Stamboel, muncul pada tahun 1891. Sejak itu hingga tahun 1983
telah muncul dan berkembang lebih dari 30 grup teater modern dan ditulis lebih
dari 400 naskah.
2.1.2 Sastra Drama Poedjangga Baroe
Menurut
jakob Sumardjo, dari tahun 1926 hingga 1939 tercatat adanya naskah-naskah drama
sebagai berikut:
Ø 1926 : Roestam
Effendi : Bebasari
Ø 1927 : Kwee
Tek Hoay : Plesiran Hari Minggoe
Ø 1928 :
Kwee Tek Hoay : Korbannja Yi Yong
Toan
Ø 1929 : The
Tjoen Lok : Tjinta jang Toelen
Ø 1930 : Oen
Tjhing Taiuw : Goena Soedaranja
Ø 1931 : Ong
Ping Lok : Bapak Karbo Anak Sapi
Ø 1932 :
Sanoesi Pane : Kertadjaja
Ø 1933 :
Sanoesi Pane : Sandhyakala ning Madjapahit
Ø 1934 :
Muhammad Yamin : Ken Arok dan Ken
Dedes
Ø 1935 : Ong
Khing Han : Achirnja Menjerah
Ø 1936 :
Kwee Tek Hoay : Bidji Lada
Ø 1937 :
Kwee Tek Hoay : Barang Perhiasan
jang Paling Berharga
Ø 1938 : Ong
Ping Lok : Istrikoe
Ø 1939 :
Arjmin Pane : Setahun di Bedahulu;
Loekisan Masa
Konteks sejarah perkembangan teater modern
Indonesia, pada drama Pujangga Baru kurang berarti, karena drama tersebut yang
menarik hanya dari karya-karya mereka dapat digali akar-akar kepribadian bangsa
sendiri.
2.1.3 Sastra Drama Zaman Jepang
Sejak
tahun 1940-1945 paling sedikit terdapat 48 naskah drama. Kehidupan drama pada
masa ini sangat sulit, karena perkembangan sastra drama masa ini didorong oleh Pemerintah
Jepang yang menyebabkan penggunaan naskah tertulis dalam setiap pementasan
drama. Banyak drama yang bersifat propaganda, sedangkan penulis yang penting
pada masa itu adalah El Hakim, Umar Ismail, Arjmin Pane, Idrus, dan Amal
Hamzah.
Kehidupan
sandiwara atau teater modern pada zaman Jepang (1942-1945), ternyata lebih
semarak. Pada masa ini berkembang rombongan sandiwara keliling komersial
seperti “Bintang Surabaja” (Malang), “Dewi Mada” (Jakarta, eks “Bolero”), “Miss
Riboet” (Solo), “Miss Tjitjih” yang kemudian diganti dengan nama “Tjahaja Asia”
dan sebagainya. Rombongan-rombongan ini mementaskan cerita dalam bahasa
Indonesia, Jawa, maupun Sunda.
2.2
Drama Indonesia Sesudah Kemerdekaan
Drama Indonesia sesudah kemerdekaan dalam
dasawarsa 1940-an, jumlah penerbitan karya sastra manurun terus, perwatakan,
struktur dramatik, dan bahasanya yang tergarap baik menyebabkan masih dapat
diterima oleh publik sekarang. Selama dasawarsa 1950-an, antara tahun 1946-1959
muncul paling sedikit 85 judul naskah drama. Banyaknya jumlah grup amatir
mendorong besarnya jumlah naskah drama yang ditulis.
Tahun 1960-1969 tercatat sedikitnya 83 judul drama.
Selama masa ini banyak timbul drama-drama keagamaan akibat Lekia banyak
menyerang kaum agama. Akhir dasawarsa 1960-an ini lah Rendra mementaskan drama
minikata yang menghebohkan. Selama tahun 1970-1979 tercatat sedikitnya 67 judul
drama. Sejumlah besar memiliki corak lain dari naskah drama sebelumnya. Ini
merupakan hasil nyata sayembara penulisan naskah drama yang diselenggarakan
oleh DKI.
Kelahiran sastra drama 1970-an ini berasal dari pengaruh
tokoh-tokoh besar drama dasawarsa 1960-an seperti: Rendra, Arifin, dan Asrul
Sani. Sebagian besar sastra drama masa ini pun ditulis oleh sutradara atau yang
mempunyai keterlibaran dengan teater. Tokoh yang paling menonjol pada masa ini
adalah Putu Wijaya, karya-karya dramanya yang mutakhir banyak diikuti gayanya
oleh penulis lainnya. Alur drama tersebut pada umumnya termasuk konvensional.
Para pelaku utamanya memiliki posisi sentral bagi masyarakat disekitarnya.
BAB 3 SIMPULAN
3.1 Simpulan
1)
Sejarah perkembangan penulisan drama sebelum kemerdekaan meliputi:
Ø Periode Drama Melayu
Rendah
Ø Periode Drama Pujangga Baru
Ø Periode Drama Zaman
Jepang
2)
Perkembangan naskah drama setelah
kemerdekaan adalah sebagai berikut :
Ø Selama
dasawarsa 1950-an, antara tahun 1946-1959 muncul paling sedikit 85 judul naskah
drama.
Ø Tahun
1960-1969 tercatat sedikitnya 83 judul drama.
Ø Selama
tahun 1970-1979 tercatat sedikitnya 67 judul drama.
Ø Tokoh-tokoh
besar drama dasawarsa 1960-an seperti: Rendra, Arifin, dan Asrul Sani.
3.2 Saran
Sebagai
mahasiswa di perguruan tinggi, terutama sebagai mahasiswa jurusan Bahasa
Indonesia, kita hendaknya lebih banyak mengetahui perkembangan sastra yang
sekarang telah banyak berkembang pesat dimana-mana, terutama di Indonesia.
Perlu kita ketahui bahwa begitu banyak karya-karya anak bangsa terutama sebelum
dan sesudah kemerdekaan. Hal itu hendaknya tidak boleh menghilang begitu saja.
Sebagai penerus bangsa, kita harus bisa mengembangkan karya-karya tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Brahim, 1969. Drama
dalam Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung.
Hariyanto, dkk. 1999. Cerita
Rekaan dan Drama. Universitas Terbuka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarnya di Butuhkan Gan